TEMBILAHAN (www.detikriau.wordpress.com) – Tenaga Pengajar, Nur Wulansari merasa tindakan penonaktifan dirinya secara sepihak tanpa adanya penjelasan dari Sekolah Dasar Kasih Lestari yang dimiliki oleh Yayasan Pradjnamitra Maitreya Cabang Tembilahan, tempatnya selama ini memberikan mata pelajaran Agama Islam dan mata pelajaran Seni Budaya Riau (SBR), sebagai bentuk sebuah tindakan pengebirian atas hak-haknya. Lebih mirisnya, Wulan juga mengaku, Kepala Sekolah, Gautama Putra M.Pd sempat melontarkan perkataan tidak pantas dan cenderung menghina dirinya.
“sampai hari ini saya tidak pernah diberikan alasan yang jelas mengenai penyebab pemberhentian diri saya. Dalam sebuah pertemuan di sekolah dengan pak Gautama, dirinya hanya menyampaikan bahwa satu-satunya alasan adalah “dia tidak pantas untuk menjadi pimpinan saya”. Katanya dia sanggup membimbing semua guru yang lain terkecuali saya dan dirinya sempat melontarkan kalau saya tidak “punya otak” serta menyarankan saya untuk mengundurkan diri atau dirinya yang mundur dari yayasan,” Papar Wulan di Tembilahan, baru-baru ini.
Menurut Wulan, kalimat menyarankan itu sama saja dengan pemaksaan untuk mengundurkan diri karena masih diiringi dengan tantangan “saya yang mundur dari yayasan atau dirinya” bahkan dengan tegas pak Gautama bilang permasalahan Wulan sudah dibicarakan dirinya bersama yayasan dan diputuskan yayasan tidak lagi memakai wulan sebagai tanaga pengajar.” Apa ini tidak mencerminkan tindakan pengebirian hak-hak saya?. Bukankah pemberhentian seorang pekerja harus didasari dengan alasan yang jelas dan semestinya harus didahului dengan beberapakali surat peringatan?.” Tanya Wulan.
Menurut penjelasan Wulan, selama ini, pengabdian yang diberikannya sejak juni 2010 dengan surat pengangkatan bernomor; 046/SK-YPM/TBH/VII/2010, di sekolah dasar swasta dibawah naungan yayasan warga “mata sipit” ini sama sekali tanpa adanya ikatan kontrak kerja, termasuk seluruh tenaga pengajar lainnya.
Terkait permasalahan ini, Kepala Sekolah Dasar (SD) Kasih Lestari, Gautama Putra, M.Pd ketika dikomfirmasi, Rabu (23/11/2011) memberikan penjelasan bahwa yayasan tidak pernah memecat Wulan selain tidak lagi memakai Nur Wulansari sebagai tenaga pengajar disebabkan persyaratan prestasi yang tidak terpenuhi.
Kata Gautama, Yayasan menetapkan tenaga pengajar kita minimal berpendidikan S1. Dulu awal masuk menjadi tenaga pengajar disini, Wulan mengucapkan bahwa sarjananya akan selesai paling lama 3 bulan kedepan tapi sudah setahun lamanya bukti ucapannya itu tidak juga mampu dipenuhinya. “termasuk dari sisi prestasi, kita nilai Wulan juga tidak bagus. Dalam memberikan pengajaran, kita sudah meminta Wulan untuk membuatkan silabus dan itupun juga tidak pernah dibuatnya. Jadi ya sudah menjadi putusan kalau yayasan tidak lagi memakai Wulan sebagai tenaga pengajar.” Ucap Gautama Putra.
Ketika dipertanyakan apakah benar selama ini sekolah tidak pernah memberikan semacam kontrak ikatan kerja pada tenaga pengajarnya, Gautama membenarkan. “Ya ” jawabnya.
Menurut keterangan sumber yang cukup dipercaya juga mengakui ketidak adanya semacam ikatan kerja secara tertulis.” Tidak ada bang, kita tidak ada ikatan kontrak kerja secara tertulis, semua hubungan kerja selama ini hanya dilakukan secara lisan dan satu-satunya pegangan kita hanya SK pengangkatan”.
Bahkan menurut keterangannya, Ucapan Kepala Sekolah Dasar kasih lestari yang menyatakan Yayasan melakukan persyaratan minimal bagi tenaga pengajar berpendidikan S1 dinilai sebagai alasan yang dibuat-buat dan terlalu mengada-ada. Menurut penjelasannya juga, tidak semua tenaga pengajar sekolah dasar swasta kasih lestari berpendidikan S1.
“Menurut pengetahuan saya itu tidak benar bang. Selama ini saya belum pernah mendengar keharusan seperti itu. Kalaulah benar, kenapa hanya Wulan saja yang dimintakan persyaratan seperti itu?. Setahu saya, pendidikan tenaga pengajar, 6 orang berpendidikan S1, 2 orang pengajar berpendidikan D3, 1 orang D2 dan 2 orang tenaga pengajar lainnya hanya tamatan SMEA,” Ucap seorang sumber dan meminta agar namanya jangan dikorankan.(fsl)
Wah…wah…wah…! kalau begini terpaksa Anthoni alias Ameng yang turun tangan….! bukan ranah kita…! hahahahha
Wah….Wah…Wah..apa jadinya guru2 yg mengajar disana, tidak ada masa depan, bagaimana kalau ada guru2 yg tidak disukai oleh pak Gautama tentu terulang lagi disuruh mengudurkan diri, kalau bersangkutan tidak mau mengundurkan diri diberikan saja surat pemberhentian dengan alasan guru tersebut tidak diperlukan lagi alias diberhentikan. jadi mana masa depan guru2 itu, ooooo inilah yg semena2 tanpa ada kesalahan yg diperbuatnya. ini perlu di laporkan saja ke DEPNAKER. biar dia tahu bagaiman orang angkuh dan sombong itu. padahal dia sendiri banyak sekali membuat kesalahan dengan para guru2 tersebut.
siapa yang tidak tahu sifat gautama putra , yang suka melecehkan orang .. yg salah disini pihak yayasan yg terlalu membela kepala sekolah yang tidak tahu apa apa
pi Tuhan tdak buta , sekarang gautama akan mendapat imbalan kemaren dia harus tambah darah 3 kantong pi tak akan sembuh >>>>>> kita akan lihat bersama gautama mati pelan pelan menyusul erna si penjilat dan si butet anita naenggolan si penjilat kamu berdua akan merasakan sakit hati semua orang dan akan merasakan seperti gautama darah mu akan habis
di saat-saat terahir dalam hidupnya tidak kah bisa ibu2 memaafkanya? kan masalah itu sudah lama berlalu..sy hanya memperhatikan .tapi ini sungguh di luar batas kemanusian.klu ibu2 masih perang lewat twiter.sekarang apa bedanya ibu2 dengan gautama? berilah dia kemaafan di ahir hidupnya