TEMBILAHAN (www.detikriau.org) – Semakin maraknya ajang bisnis esek-esek di kota Tembilahan semakin meresahkan masyarakat. Bisnis yang sangat bertentangan dengan ajaran agama ini, kini seakan terbiarkan dan tumbuh dengan subur. Bahkan ironisnya, bukan lagi sebuah rahasia, Masjid AL Huda yang merupakan masjid kebanggan masyarakat kota Tembilahan kini terkepung oleh bisnis kotor yang terkesan dilegalkan ini.
Apabila kita mulai melangkahkan kaki dan menyusuri turap beton yang berada persis dibelakang Masjid Al-Huda sepanjang bantaran sungai Indragiri, jejeran warung minum dengan pelayan wanita yang tersenyum manis siap memberikan pelayanan. Ini belum seberapa, Hanya berjarak sekitar 50-an meter kearah barat, kita kembali menemui jejeran warung-warung kecil yang rata-rata hanya berukuran lebih kurang 3 x 2 meter penuh sesak. Di etalase warung ini, hanya terlihat beberapa bungkus panganan mie instan dan minuman ringan. Tapi setiap harinya, mulai pagi dan semakin malam menjelang, pengunjung warung mini ini semakin ramai. Karena merasa penasaran, www.detikriau.org mencoba untuk masuk dan duduk-duduk sambil memesan segelas minuman kopi.
Tidak berselang lama, seorang wanita yang terbilang masih begitu belia datang menghampiri.”Minum apa bang?” sapa wanita berkulit putih dengan senyuman manis ini menyapa. “Ngopi dek. Bekerja dimana?” jawab www.detikriau.org.
Dengan kembali tersenyum diiringi dengan lirikan mata nakal, gadis yang baru berusia belasan tahun ini tertawa renyai.”Kerjanya apa aja bang, nemanin abang juga mau. Wah, kok minumnya hanya kopi bang. Saya ambilkan bir mau? Tanyanya kembali. www.detikriau.org-pun menolak dengan alasan tidak bisa duduk lama karena masih ada kerja.
Melangkah ke depan, tepatnya di lantai dasar pasar Dayang Suri, juga ditemui semi cafe dengan ciri khas suara musik lantang dan sebahagian dengan plus-plus.
Apa yang menjadi pengalaman www.detikriau.org ini rupa-rupanya setiap hari sudah menjadi rutinitas biasa. Bagi laki-laki berhidung belang, tawaran si gadis mungil adalah sebuah isyarat. Minum, bercengkrama dan sedikit cubitan bisa berlanjut dengan transaksi esek-esek.
“Tak usah heran bang. Setiap hari kawasan ini penuh sesak dikunjungi lelaki hidung belang. Nggak usah sungkan-sungkan, kalau abang kepingin, tawarin aja, tarifnya nggak mahal bang.”Ujar Rudy seorang warga yang sempat ditemui www.detikriau.org di lokasi.
Fenomena yang sangat tidak pantas ini terlihat semakin marak. Ironisnya, kawasan ini seperti tidak tersentuh. Kubah masjid dan suara azan bukan penghalang lagi bagi mereka untuk berbuat maksiat.(fsl)
waduh kemana aja aparat yg memberi ijin warung kopi kok jd tempat maksiat
innalilahiwainnailaihiroji’un…………. Janji Allah takkan ingkar……..azab-Nya pasti datang.