Desember 9, 2024

Oartfish Muncul di Jepang, Benarkah Pertanda Akan Adanya Bencana?

Bagikan..
Ikan oarfish (Foto: Instagram/@uozuaquarium_official)

Detikriau.org Media sosial Jepang tengah mengalami kegelisahan setelah penemuan sejumlah ikan laut dalam, oarfish yang secara tradisional dianggap sebagai pertanda bencana alam.

Pada Senin 28 Januari 2019, seekor oarfish berukuran hampir empat meter dari moncong ke ekor ditemukan terbelit jaring ikan di lepas pantai Imizu, di prefektur pantai utara Toyama.

Seperti diberitakan South China Morning Post yang dikutip dari liputan6.com, Jumat (1/2/2019), binatang laut itu ditemukan sudah mati tetapi kemudian dibawa ke Akuarium Uozu terdekat untuk dipelajari.

Dua ikan langsing mirip ular itu ditemukan di Teluk Toyama sembilan hari sebelumnya. Rekor empat oarfish ditemukan di Teluk Toyama pada 2015 tetapi itu bisa dilampaui tahun ini.

Spesies – yang memiliki ciri bertubuh perak panjang dan bersirip merah – biasanya menghuni perairan dalam dan jarang terlihat di permukaan, meskipun legenda mengatakan bahwa ketika ikan oar naik ke perairan dangkal, bencana sudah dekat.

Kata Ilmuwan

Hiroyuki Motomura, seorang profesor ichthyology di Universitas Kagoshima, memiliki penjelasan yang lebih biasa untuk penemuan ikan oar baru-baru ini di Prefektur Toyama.

“Saya memiliki sekitar 20 spesimen ikan ini dalam koleksi saya sehingga bukan spesies yang sangat langka, tetapi saya percaya ikan ini cenderung naik ke permukaan ketika kondisi fisik mereka buruk, naik pada arus air, itulah sebabnya mereka begitu sering mati ketika mereka ditemukan,” katanya.

“Tautan ke laporan aktivitas seismik telah terjadi bertahun-tahun, tetapi tidak ada bukti ilmiah tentang hubungan itu sehingga saya tidak berpikir orang perlu khawatir.”

Namun demikian, reputasi oarfish sebagai indikator malapetaka segera meningkat setelah setidaknya 10 oarfish terhanyut di sepanjang garis pantai utara Jepang pada 2010.

Sedangkan pada Maret 2011, gempa bermagnitudo 9 melanda timur laut Jepang, memicu tsunami besar yang menewaskan hampir 19.000 orang dan menghancurkan pembangkit nuklir Fukushima.

Dengan peringatan gempa dan tsunami semakin dekat, orang-orang di jagat maya menjadi gelisah tentang pertanda bencana alam itu.

lama detikcom mewartakan, secara tradisional dalam bahasa Jepang, oarfish disebut sebagai ‘Ryugu no tsukai‘ yang berarti ‘Pembawa pesan dari Istana Dewa Laut’. Mitos soal oarfish yang berkembang luas menyebut bahwa oarfish akan muncul ke pantai sebelum gempa bumi bawah laut terjadi.

Mitos soal oarfish pernah marak dibahas publik setelah gempa bumi dan tsunami dahsyat menerjang Fukushima, Jepang tahun 2011. Laporan Kyodo News menyebut sedikitnya satu lusin ekor oarfish terdampar ke pantai-pantai Jepang dalam jangka waktu setahun sebelum bencana alam terjadi.

Pendapat Peneliti Taksonomi Ikan LIPI

Detikcom juga mewartakan, Peneliti Taksonomi Ikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Teguh Peristiwady menilai ikan tersebut tidak berbahaya malah justru dapat dikonsumsi meksi jarang ditemukan.

“Nggak (berbahaya) ikan ini bahkan nggak punya jari-jari sirip yang keras. Ya (bisa dikonsumsi) tapi nggak banyak ditemukan. Ada sumber menyebutkan ikan ini rasanya kurang enak. Saya sendiri belum pernah mencicipi daging ikan ini,” ujar Teguh ketika dihubungi, Sabtu (2/2/2019) malam.

Teguh menjelakan ikan tersebut terdiri dari tiga jenis, dan dikelompokkan sesuai wilayah habitatnya. Sedangkan, ikan yang muncul di Jepang itu termasuk dalam Regalecus Russelli (Cuvier, 1816) yang biasa hidup di wilayah perairan Indo-Pasifik seperti, China, Jepang.

“Pertama itu Regaleus Glesne Ascanius, (King of herrings, 1772), jenis ini tersebar hampir di semua lautan, tropis sampai sub-tropis, ditemukan di negara-negara Afrika, Eropa, Amerika Utara, Oceania, Amerika Selatan bahkan Asia. Kedua, Agrostichthys Parkeri (Benham, 1904) (Streamer fish) jenis ini hanya ditemukan di perairan selatan seperti di New Zealand dan negara-negara lain,” ujarnya.

“Ketiga, Regalecus Russelli (Cuvier, 1816) (Oarfish) jenis ini tersebar di perairan Indo-Pasifik seperti China, Jepang, Korea Selatan. Saya nggak terlalu yakin, karena dari Fotonya sirip perutnya terlihat pendek (apakah terpotong). Tetapi sepertinya dari Regalecus,” lanjut Teguh.

Teguh belum mengetahui sejarah kemunculan oarfish itu. Namun, dipastikan ikan tersebut tidak pernah muncul di perairan Indonesia.

“Saya nggak tahu tentang data-data munculnya ikan-ikan ini. Dari database yang ada. (LIPI) selama ini belum pernah mencatat jenis ikan ini. Tapi yang pasti tidak satu pun jenis tertangkap atau pernah dikoleksi dari perairan Indonesia,” katanya.

Ia pun tidak mengetahui pasti keterkaitan munculnya ikan itu dengan bencana alam. Namun, menurutnya kemungkinan ikan yang hidup di perairan dalam itu muncul ketika mengejar makanan yang diberikan oleh para nelayan.

Lalu, soal keterkaitan dengan bencana alam, Teguh tidak memahami soal itu. Ikan yang hidup di perairan dalam itu jelasnya mungkin tertangkap ketika mengejar makanan seperti udang-udangan.

“Pada umumnya memang ikan-ikan ini mempunyai habitat di perairan dalam, tetapi kalau dihubungkan dengan akan adanya gempa atau kejadian alam lainnya saya sendiri kurang memahami. Barangkali dia tertangkap pada saat mengejar makanan, karena makanannya adalah udang-udangan, cumi,” tuturnya.

Editor: Faisal