www.detikriau.wordpress.com – Pertumbuhan jumlah wirausaha di Indonesia, terutama dari kalangan muda, sangat lambat. Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ternyata hanya memiliki tidak lebih dari 0,18 persen dari total penduduknya yang berjumlah 230 juta jiwa. Maka, seperti tampak sekarang, Indonesia hanya menjadi pasar yang besar bagi produk bangsa dan korporasi asing.
“Saat ini, kepemilikan asing di tiga sektor ekonomi strategis Indonesia dimiliki secara mayoritas oleh asing. Perbankan nasional, 80 persennya dikuasai asing.
Sektor energi, 90 persennya juga dikuasai asing. Sektor telekomunikasi, yang merupakan sektor strategis, juga dikuasai 90 persen oleh asing,” kata pengusaha nasional, Aburizal Bakrie, pada Kuliah Umum tentang kewirausahaan di Aula Utama Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat, Sabtu, 15 Oktober 2011.
Maka, menurut Aburizal, tidak ada pilihan kecuali mempercepat proses pertumbuhan wirausaha di dalam negeri. Harus ada upaya serius untuk menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja, untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Dijelaskannya, jumlah wirausaha yang tidak lebih dari 0,18 persen itu jumlah yang cukup jauh dibandingkan angka yang disarankan PBB, yakni sekitar 2 persen dari jumlah penduduknya. “Untuk negara maju, bahkan jumlah wirausaha umumnya sudah di atas 5 persen dari penduduknya,” ujarnya.
Percepatan pertumbuhan wirausaha, kata mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu, juga menjadi penting untuk menopang perekonomian Indonesia. Sebab, seperti ketika Indonesia dilanda krisis moneter pada 1997, perusahaan besar banyak yang gulung tikar yang mengakibatkan PHK besar-besaran, dan justru perusahaan-perusahaan kecil yang dapat bertahan.
“Sepuluh tahun kemudian, data Kementerian Koperasi dan UKM pada akhir 2008, menunjukkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sekitar 50 juta, meningkat sekitar 39 persen dari tahun 1998,” jelasnya. Dari jumlah tersebut, usaha mikro mencapai 95 persen lebih dan usaha besar hanya sekitar 0,01 persen. “UMKM mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 90 persen dari total pekerja yang ada, dan mampu menyumbang lebih dari 50 persen GDP nasional.”
ITB, sebagai lembaga pendidikan dan peguruan tinggi, kata Aburizal, mesti bisa berperan lebih banyak lagi untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan membentuk orang-orang yang tahan banting dengan segala kesukaran yang dihadapi untuk membangun kemandirian.
“Jangan perbankan kita, energi dan pertambangan kita, telekomunikasi kita, dikuasai asing. Jangan! Kita harus bisa mengelolanya sendiri, untuk kita, untuk kesejahteraan bangsa kita,” kata Aburizal.
Kuliah Umum bertajuk bertajuk Peran Kewirausahaan dalam Mempercepat Kebangkitan Bangsa itu diselenggarakan sebagai rangkaian Pembukaan Sekolah Pengusahan Muda ITB. Diikuti 300 mahasiswa yang merupakan peserta sekolah tersebut. Hadir pula Rektor ITB, Prof Akhmaloka.(Vivanews)
entar kalau di berikan penguasaan pada Bakri group bisa-bisa Pajak kagak di bayar lagi! kalau asing khan jelas pak….!