Desember 6, 2023

Penyebab dan Akibat Kutuban Pecah Dini

Bagikan..

foto ilustrasi, alodokter

ARBIndonesia.com – Air ketuban biasanya pecah ketika ibu hamil mulai mengalami kontraksi rahim untuk melahirkan sang bayi. Namun, ada kalanya ketuban pecah dini, yang dapat mengakibatkan komplikasi serius.

Selama kehamilan, janin dalam kandungan dilindungi dan dikelilingi oleh selaput yang berisi cairan yang disebut kantung ketuban. Beberapa saat sebelum janin atau bayi lahir, kantung ketuban akan pecah dan cairan yang disebut air ketuban akan keluar melalui vagina. Umumnya dalam waktu 24 jam setelah kantung ketuban pecah, bayi akan lahir. Namun apabila selepas waktu itu bayi belum lahir, atau ketuban pecah sebelum usia kandungan berumur 37 minggu, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai ketuban pecah dini.

Penyebab Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan prematur alias bayi terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa lebih berisiko terjadi jika terdapat beberapa hal seperti berikut:

  • Infeksi rahim, kantung ketuban, leher rahim, atau vagina. Ini adalah pemicu umum ketuban pecah dini.
  • Cedera fisik, misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau terjatuh.
  • Rahim dan kantung ketuban yang terlalu teregang. Hal tersebut diakibatkan oleh jumlah janin dalam kandungan lebih dari satu atau volume cairan ketuban yang terlalu banyak.
  • Merokok atau menggunakan narkoba selama masa kehamilan.
  • Menjalani operasi atau biopsi serviks.
  • Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
  • Perdarahan vagina selama kehamilan.
  • Kelainan plasenta.
  • Posisi janin yang tidak normal di dalam rahim.
  • Indeks massa tubuh ibu hamil yang
  • Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini bisa dianggap sebagai hal serius karena dapat mengakibatkan:

  • Ketika ketuban pecah, kuman dapat bermigrasi ke dalam kantung ketuban hingga menyebabkan infeksi dalam rahim. Gejalanya termasuk suhu tubuh naik, keputihan yang tidak biasa, vagina berbau yang tidak enak, denyut nadi cepat, nyeri di perut bagian bawah, dan detak jantung janin menjadi lebih cepat dari biasanya. Kondisi ini dapat menyebabkan sepsis pada bayi yang berbahaya.
  • Bayi lahir prematur.
  • Meningkatkan risiko terjadinya retensi plasenta (sebagian atau semua plasenta tertinggal di dalam rahim). Kondisi ini akan menyebabkan perdarahan postpartum, yaitu perdarahan lewat vagina dalam waktu 24 jam hingga enam minggu setelah melahirkan.
  • Volume cairan ketuban terlalu sedikit (oligohidramnion), bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan usia muda. Ketika cairan ketuban hilang, tali pusat bisa terjepit di antara janin dan dinding rahim. Akibatnya, janin bisa mengalami cedera otak atau bahkan kematian.

Jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu, paru-paru janin kemungkinan tidak akan berkembang dengan baik dan menyebabkan janin tidak bisa bertahan hidup. Kalau janin bertahan hidup, maka kemungkinan akan mengalami cacat fisik dan mental ketika dilahirkan. Bayi juga berisiko mengalami beberapa masalah, seperti penyakit paru-paru kronis, hidrosefalus, cerebral palsy, dan gangguan perkembangan.

  • Solusio plasenta, yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan terjadi.
  • Tali pusat janin putus.

Jika Anda curiga ataupun merasakan air ketuban pecah dini, segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan dari dokter spesialis kandungan. Air ketuban dapat dikenali dengan ciri-cirinya yang berwarna bening atau ada bintik-bintik putih, disertai darah atau lendir, dan tidak berbau.

Sumber alodokter