November 15, 2024

BAHAYA KABUT ASAP

Bagikan..

www.detikriau.wordpress,com – Menghirup asap ketika bernapas di produk-produk pembakaran (en:combustio) selama suatu kebakaran berdampak sangat buruk. Pembakaran dihasilkan dari pemecahan yang teramat cepat suatu substansi oleh panas (secara umum disebut terbakar). Asap adalah campuran partikel-partikel dan gas-gas terpanaskan. Begitu tidak mungkin memprediksikan komposisi asap yang dihasilkan oleh suatu kebakaran. Bahan-bahan yang terbakar, temperatur api (panas), dan jumlah oksigen yang tersedia saat kebakaran menciptakan berbagai tipe asap yang bisa dihasilkan (terkait reaksi fisika dan kimia).
Menghirup asap dapat merusak tubuh dengan cara asfiksia (sesak) yang sederhana, yaitu tubuh menjadi kekurangan oksigen untuk bernapas. Selain itu bisa juga menyebabkan iritasi secara kimiawi, sesak napas secara kimiawi, atau kombinasi dari beberapa atau semua kondisi tersebut.
Sesak napas sederhana (en: simple asphyxiants) terjadi ketika pembakaran menggunakan oksigen di sekitar api dan menghabiskannya, sehingga menyebabkan kematian jika orang yang terjebak tidak lagi mendapatkan oksigen untuk bernapas. Asap sendiri dapat mengandung produk-produk yang tidak secara berbahaya bagi seseorang, namun mereka mengambil “ruang” yang diperlukan oleh oksigen. Karbon dioksida bertindak demikian.
Bahan-bahan iritan juga bisa dihasilkan dari pembakaran, biasanya bahan ini akan segera mengiritasi begitu terkena pada kulit atau pun membran mukosa (seperti di dalam mulut). Substansi-substansi ini merusak sel-sel pelapis traktus repiratorius (saluran napas), hal ini potensial menyebabkan pembengkakan, kolaps saluran napas dan distres respirasi (gagal napas). Contoh iritan-iritan kimiawi yang bisa ditemukan di dalam asap seperti sulfur dioksida, amonia, hidrogen klorida, dan klorin.
Beberapa zat dapat menyebabkan asfiksia secara kimiawi (en: chemical asphyxiants). Beberapa senyawa yang dihasilkan saat kebakaran dapat mengganggu penggunaan oksigen tubuh pada tingkat seluler. Karbon monoksida, hidrogen sianida, dan hidrogen sulfida adalah contoh-contoh kimiawi yang dapat dihasilkan pada suatu kebakaran yang mampu mengganggu penggunaan oksigen pada sel selama proses penghasilan energi. Baik pada mekanisme penghantaran atau pun pada penggunaan oksigen terganggu atau terhambat, maka sel-sel akan mati. Keracunan karbon monoksida sebagaimana yang sering kita dengar, adalah salah satu penyebab tertinggi kematian oleh penghirupan asap.
Ketika orang menghirup asap dalam jumlah dan kandungan yang lebih banyak daripada tubuhnya dapat tanggulangi, bisa dikatakan itu seperti keracunan asap. Saat hal ini terjadi ada beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul dan dapat kita kenali. Gejala-gejala dapat termasuk batuk, napas memendek, serak, nyeri kepala, dan perubahan status mental secara akut. Tanda-tanda seperti jelaga di saluran napas atau perubahan warna kulit dapat membantu dalam menentukan derajat keparahan.
Batuk terjadi ketika membran mukosa pada saluran napas teriritasi, mereka menghasilkan lebih banyak mukosa. Spasme bronkus dan produksi mukosa yang meningkat mengarahkan pada terjadinya batuk secara refleks. Mukosa bisa jadi jernih atau kehitaman tergantung pada derajat partikel-partikel hasil pembakaran yang terkumpul di paru atau trakea.
Napas menjadi pendek bisa jadi disebabkan perlukaan langsung pada saluran napas, menyebabkan penurunan oksigen yang dihantarkan ke darah, menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen karena zat-zat kimia di dalam asap, atau ketidakmampuan sel-sel tubuh menggunakan oksigen. Pasien bisa jadi bernapas cepat sebagai usaha mereka mengompensasi kondisi ini.
Suara serak (kelainan pada suara napas) dapat merupakan tanda cairan terkumpul pada saluran napas atas dan menyebabkan penyumbatan. Zat-zat kimia yang iritatif dapat menyebabkan spasme pita suara, pembengkakan dan konstriksi (penyempitan) saluran napas atas. Mata bisa menjadi kemerahan karena iritasi asap, dan bisa terdapat tanda terbakar pada kornea dan bulu mata. Warna kulit dapat bervariasi dari pucat ke cerah.
Jelaga pada lubang hidung dan tenggorokkan bisa menjadi petunjuk derajat asap yang telah dihirup. Lubang hidung dan jalur napas di hidung dapat saja membengkak.
Pada semua jenis kebakaran, orang-orang terpapar karbon monoksida dalam jumlah yang beragam. Pasien bisa jadi tidak mengalami masalah pernapasan, namun masih mungkin menghirup sejumlah karbon monoksida. Akibatnya bisa muncul gejala-gejala seperti sakit kepala, mual dan muntah.
Perubahan status mental dapat terjadi karena asfiksia kimiawi dan rendahnya kadar oksigen. Bingung, jatuh pingsan, kejang hingga koma adalah komplikasi-komplikasi potensial ketika orang menghirup asap kebakaran.
Pertanyaannya kemudian adalah kapan harus mencari bantuan medis? Biasanya jika korban yang telah menghirup asap tidak tampak adanya gejala dan tanda sebagaimana yang diuraikan di atas, pengawasan dan istirahat di rumah dengan berada di area yang memiliki udara yang segar dan bersih adalah langkah yang tepat. Jika ada keraguan bisa menghubungi dokter atau pergi ke unit gawat darurat atau istalasi rawat darurat terdekat untuk mendapatkan saran.
Carilah pertolongan medis jika pasien mengalami gejala berikut dengan riwayat menghirup asap:
• Suara serak;
• Kesulitan bernapas;
• Batuk-batuk yang berkepanjangan;
• Kebingungan mental;
Tentukanlah kapan akan menghubungi ambulan saat kejadian berlangsung. Karena seseorang yang telah menghirup asap kebakaran dapat saja kondisinya memburuk secara cepat, kita tidak pernah tahu akan hal ini. Ada saran memang agar sebisa mungkin pada kondisi gawat lebih baik korban dihantar dengan ambulan menuju instalasi kesehatan, karena kekurangan perlengkapan pada mobil pribadi dapat mengurangi bantuan yang mungkin bisa diberikan saat kondisi mengancam jiwa berlangsung, dan dengan demikian memperburuk kondisi korban.
Lalu apa yang dapat dilakukan untuk merawat korban yang menghirup asap saat kebakaran?
Pertama saat di lokasi, jika bisa jauhkan atau pindahkan korban dari lokasi ke tempat yang aman dengan udara yang bersih, dan jangan dikerumuni. Namun ingat lebih awal dari itu, pastikan kamu tidak menempatkan dirimu sendiri dalam bahaya ketika mencoba menarik seorang korban keluar dari lingkungan yang penuh asap. Jika kamu memang benar ingin membantu, dan situasi di luar kemampuanmu, ada baiknya menunggu tenaga profesional tiba di tempat kejadian. Jika perlu beberapa korban mungkin perlu bantuan napas buatan, kamu bisa membantu jika kamu pernah terlatih untuk hal itu.
Petugas medis akan membantu sisanya, beberapa korban mungkin memerlukan terapi oksigen atau pun oksigen hiperbarik. Setelah pertolongan pertama di dapatkan, pasien juga perlu melakukan follow up sesuai saran pihak medis untuk memantau perbaikan kondisi pasca trauma inhalasi
Sumber: Emedicine Health