www.detikriau.wordpress.com — Sudah menjadi fitrah manusia itu ia ingin hidup aman damai. Begitu juga fitrah manusia itu, dia tidak mau berlakunya krisis, kemungkaran, pemerkosaan dan segala penyakit masyarakat.
Andaikata kalau dia seorang pemimpin, dia mau orang yang dipimpin itu meletakkan ketaatan kepadanya. Begitu juga kalau dia seorang yang dipimpin, dia mau pemimpinnya meletakkan keadilan kepadanya. Andaikata kalau dia seorang ayah, dia mau anak-anaknya memberikan ketaatan dan kepatuhan kepadanya. Begitu juga kalau dia seorang anak, dia mau ibu dan ayahnya meletakkan kasih sayang kepadanya. Begitu jugalah suami kepada isterinya, dan isteri kepada suami. Andaikata seorang pemimpin, ibu, ayah, guru, suami, isteri dapat meletakkan diri pada tempat masing-masing. Begitu juga seorang rakyat, anak murid, dapat meletakkan diri pada tempat masing-masing, maka tidak akan terjadi pergaduhan, pertengkaran diatas muka bumi ini.
Tapi kalau kita lihat, apa yang terjadi adalah sebaliknya. Firman Allah yang artinya:
“Telah berlaku kerusakan di daratan dan di lautan akibat dari tangan-tangan manusia” [Q.S Ar-Rum : 41]
Hal ini terjadi bila pemimpin tidak dapat memberi keadilan, terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Begitu juga orang yang dipimpinnya tidak dapat memberikan ketaatan kepadanya. Ibu ayah juga tidak dapat memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, begitu juga anak-anak tidak dapat memberikan ketaatan terhadap ibu dan ayahnya. Begitu juga guru terhadap murid dan murid terhadap gurunya, suami terhadap isterinya dan isteri kepada suaminya.
Sebab itu dapat kita lihat berbagai-bagai masalah timbul dari sekecil-kecil masalah hinggalah ke sebesar-besar masalah. Dari rumah tangga, hinggalah ke negara-negara yang hebat pemimpinnya. Telah berbagai cara dan jalan dicari untuk menyelesaikan masalah. Ada yang mengatakan :
- Kekayaan dapat menyelesaikan masalah ini. Maka merekapun berusaha bersungguh-sungguh mendapatkannya, tetapi tidak juga dapat menyelesaikan masalah ini.
- Ada pula yang mengatakan kepandaian dan ilmu pengetahuan akan dapat menyelesaikan masalah ini. Maka merekapun berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, tetapi juga tidak berhasil untuk menyelesaikan masalah ini, bahkan bertambah rumit lagi.
- Ada juga yang mengatakan pangkat dan darjat dapat menyelesaikan masalah ini, tetapi ini juga tidak berhasil menyelesaikan masalah yang melanda masyarakat, bahkan bertambah parah dan rumit lagi.
Jadi jalan yang paling mudah untuk kita selesaikan masalah ini haruslah kita kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Al Qur’an dan Sunnah dapat membeirkan jawaban yang tepat, ,dari manakah akar dari masalah-masalah tersebut.
Firman Allah SWT yang artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum itu, selagi ia tidak mengubah yang ada di dalam hatinya” [Q.S Ar-Rad : 11]
Hadits Rasulullah SAW yang artinya :
“Di dalam diri manusia itu ada seketul daging. Jika baik daging itu maka baiklah jasadnya. Jika rusak daging itu, maka rusaklah jasadnya. Ketahuilah itu adalah hati.”
Dapat kita lihat dari Al Qur’an dan Hadits tadi setiap penyakit yang timbul pada diri manusia itu, adalah berawal dari hati. Hati yang sakit (jahat) akan mendorong mata, kaki, tangan berbuat jahat. Maka lahirlah masyarakat yang jahat, seperti merampok, membunuh, memfitnah, mengumpat dan sebagainya.
Penyakit masyarakat ini dapat diibaratkan sebagai sebatang pokok yang mengeluarkan buah yang beracun. Buah yang beracun itu disebabkan pohon yang beracun. Jadi untuk menghilangkan buah yang beracun itu hendaklah ditebang pohon itu terlebih dahulu. Bukan buang buah saja. Sebab kalau yang dibuang buahnya saja, sepuluh buah yang kita buang akan tumbuh pula sepululh pohon yang beracun. Begitulah seterusnya.
Oleh itu untuk panduan yang lebih jelas lagi, kita lihat bagaimana Rasulullah dapat mengobat penyakit masyarakat ketika itu hingga menjadikan orang miskin sabar dan redha dalam kemiskinan dan orang kaya pemurah. Seperti Abu Hurairah yang menjadi ketua dari puluhan fakir miskin yang tinggal di Serambi Masjid Madinah. Sayidatina Fatimah, seorang wanita miskin walaupun anak Rasulullah dan menikah pula dengan Sayidina Ali yang begitu miskin lagi pejuang pula. Kemudian perpecahan diantara satu golongan dapat disatukan seperti Muhajirin dan Anshar. Baginda Rasulullah SAW dapat mendidik masyarakat jahiliah kepada kenal dan cinta kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW saat itu diutus sebagai Pembawa Rahmat kepada sekalian alam. Firman Allah yang artinya :
“Dan tidak diutuskan kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat pada sekalian alam”
[Q.S. Al Anbiya : 107]
Dengan keberkatan dan ketabahan Rasulullah SAW itu, Baginda dapat mengembalikan masyarakat kepada kebenaran.
Krisis Masyarakat di Zaman sebelum Rasulullah
Sebelum dibahas tentang bagaimanakah Rasulullah mengobati penyakit masyarakat jahiliah di zamannya, terlebih dahulu kita mengetahui akan apakah penyakit masyarakat yang mewabah ketika itu. Sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, masyarakat tertimpa berbagai macam krisis dan penyakit jiwa. Diantara penyakit yang menimpa masyarakat :
” Sangat memuja berhala. Hati masyarakat begitu melekat kepada berhala.
” Terlalu ketagihan dengan arak/alkohol.
” Terlalu suka dengan riba. Bunga tinggi, tak sanggup bayar, jadi hamba.
” Wujudnya dua empayar besar yaitu Rome dan Parsi yang menindas negara-negara lemah.
” Pelacuran amat leluasa merebak di tengah masyarakat.
” Akhlak kaum wanita ketika itu amat rendah.
” Manusia terlalu bakhil, terlalu gila harta sehingga harta orang hendak dijadikan harta dia.
” Perpecahan menjadi-jadi. Terjadi peperangan. Kadang peperangan besar hanya disebabkan hal kecil.
Cara Rasulullah Menyelesaikan Krisis
Rasulullah hanya tanamkan 3 pil saja pada diri masyarakat Jahiliah ketika itu.
Pertama, Rasulullah menanam kembali rasa tauhid kedalam hati masyarakat sehingga manusia terasa akan kebesaran Tuhan, kasih sayang, kehebatan dan keperkasaan Tuhan.
Kedua, Rasulullah menanamkan kembali cinta kepada Akhirat. Beliau memperkatakan tentang Syurga dan Neraka.
“Akhirat itu adalah lebih utama, lebih baik daripada dunia.” (Q.S. Ad Dhuha : 4)
“Akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal” (Q.S. Al A’la : 17)
Lahirlah manusia yang jiwanya terpaut dengan Akhirat. Akhirnya bukan saja harta dihabiskan untuk Akhirat bahkan nyawa sendiri dikorbankan. Mereka mau cepat-cepat kembali ke Akhirat. Mereka mau mati syahid menjadi para syuhada.
Ketiga, Rasulullah menanam semangat dan perasaan cinta akan sesama manusia terutamanya umat Islam untuk mengikis penyakit terlalu cinta diri sendiri, keluarga atau kawan-kawan sendiri.
“Tidak sempurna iman seseorang dari kamu sehingga dia mencintai diri saudara-saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”
“Sebaik-baik manusia ialah manusia yang banyak berkhidmat kepada manusia yang lain”
“Barang siapa yang menunaikan hajat saudara lain, Tuhan akan tunaikan padanya 70 hajat”
Terjalin perasaan ghairah apabila menolong orang lain. Lahir perasaan kasih sayang pada orang lain. Mereka dapat merasakan nasib orang lain seperti nasib mereka sendiri, kesenangan orang lain seperti kesenangan sendiri, kesusahan orang lain seperti kesusahan sendiri, darah orang lain seperti darah sendiri, nyawa orang lain seperti nyawa sendiri.
Dengan 3 pil inilah Rasulullah dapat mendidik manusia-manusia Jahiliyah ketika itu hinggakan Allah telah memuji Rasulullah dan generasi ketika itu. Firman Allah yang artinya :
“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia yang mengajak kepada Ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”
[Q.S. Ali Imran : 110]
Hadits Rasulullah SAW yang artinya :
“Sahabat-sahabatku adalah seperti bintang-bintang di langit. Jika diikuti diantara mereka niscaya kamu akan mendapat petunjuk”
BERITA TERHANGAT
Kenapa Saat Imlek Hujan Selalu Turun, Ini Penjelasannya
Tahukah Kamu Mengapa Pi Network Dikembangkan Secara Tertutup?
Wajib Tau! Ini Kesamaan dan Perbedaan Utama Antara