8 Oktober 2025

Puncak Amarah Rakyat, Dari Jalanan Hingga ke Rumah Wakil Rakyat

Ilustrasi Amarah Rakyat, ist.

Bagikan..


ARB INdonesia, JAKARTA – Gelombang kemarahan rakyat yang telah lama terpendam akhirnya meledak. Ribuan massa turun ke jalan, bukan sekadar untuk menyuarakan aspirasi, tetapi untuk menuntut pertanggungjawaban atas ketimpangan yang kian nyata.

Di tengah teriakan tuntutan dan kepulan asap dari ban-ban yang dibakar, satu pesan bergema “Kami muak!”

Berdasarkan pantauan dan pengamatan dari sumber-sumber dalam video-video yang beredar hingga livestreaming yang ditayangkan dimedia-media sosial, aksi demonstrasi yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi amukan kolektif. Ketika aparat mulai kehilangan kendali, massa bergerak liar, menyasar simbol-simbol kekuasaan yang dianggap tak lagi berpihak pada rakyat.

Rumah-rumah mewah milik anggota DPR RI menjadi sasaran. Di Setiabudi, Jakarta Selatan, kediaman Eko Patrio dijarah habis. Barang-barang bernilai ratusan juta rupiah raib, meninggalkan puing-puing kemewahan yang tak lagi berarti.

Tak berhenti di sana, rumah Uya Kuya di Duren Sawit ikut diserbu. Sebelumnya, Ahmad Sahroni juga mengalami nasib serupa. Kawasan elite yang biasanya tenang berubah menjadi medan ketakutan. Mako Brimob Kwitang pun dilaporkan dalam kondisi mencekam, dengan penjagaan ekstra ketat dan ketegangan yang belum reda.

Di tengah kekacauan, muncul wajah-wajah publik yang mencoba meredam amarah. Eko Patrio, didampingi Pasha Ungu, menyampaikan permintaan maaf. Namun bagi sebagian rakyat, kata-kata tak lagi cukup. Mereka menuntut perubahan nyata, bukan sekadar retorika.

Aksi ini bukan sekadar penjarahan. Ini adalah ledakan frustrasi atas janji-janji yang tak ditepati, atas kebijakan yang dirasa timpang, dan atas kehidupan yang semakin sulit.

Jakarta menjadi saksi bahwa ketika suara rakyat tak didengar, mereka akan berbicara dengan cara yang paling keras. (Arb)