
Jakarta (detikriau.org) – Indonesia mendesak pemerintah Mesir membuka secara permanen pintu perbatasan Rafah untuk keperluan penyaluran bantuan kemanusiaan terutama dari Indonesia ke Jalur Gaza.
Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi sebagaimana dikutip dari mirajnews.com mengatakan hal itu pada dialog bersama lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia tentang Penyaluran Bantuan Kemanusiaan Indonesia ke Jalur Gaza, di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis (7/8).
Menurut Nurfaizi, saat ini sejumlah lembaga kemanusiaan dunia masih terhambat di Mesir, dalam upaya menyalurkan bantuan kemanusiaan secara langsung pada korban di Jalur Gaza.
“Hingga saat ini pemerintah Mesir masih belum membuka sepenuhnya pintu perlintasan Rafah dan belum mengizinkan semua lembaga nonpemerintah dunia dapat izin masuk Gaza,” ujarnya, sepulang umrah, sebelum pekan depan kembali bertugas ke Kairo, Mesir.
Ia mengungkapkan, bantuan kemanusiaan dunia ke Gaza saat ini masih terhambat, pasalnya untuk mendapatkan izin masuk dari pemerintah Mesir saja harus melewati tahapan prosedur yang cukup panjang.
Pembukaan pintu perbatasan Rafah yang menghubungkan Mesir dengan Jalur Gaza, tergantung pada izin pembukaan atau penutupan oleh Badan Sandi Negara Mesir (General Intelligence Service/GIS).
Hal ini memang memprihatinkan, adanya kebijakan pemerintah Mesir yang memperketat barang-barang bantuan kemanusiaan masuk melalui Mesir ke Jalur Gaza, dengan alasan keamanan, tambahnya.
“Kita akan coba terus mendesak, dengan sabar. Kami pihak Kedutaan Besar di Kairo tentu akan bantu fasilitasi secara maksimal. Mereka di Jalur Gaza adalah saudara-saudara kita,” ujar Dubes Nurfaizi.
Namun, tidak seperti sebelumnya, pihak KBRI di Kairo biasanya mengantar pihak lembaga kemanusiaan Indonesia yang akan ke Jalur Gaza. Saat ini, menurutnya, mungkin hanya sampai al-Arish.
“Sepanjang jalur Suez hingga Rafah, ada pos-pos pemeriksaan yang cukup ketat, tapi coba saja,” imbuhnya.
Untuk itu, Dubes Nurfaizi menghimbau lembaga kemanusiaan di Indonesia yang akan menyalurkan bantuannya ke Jalur Gaza, untuk terus berkoordinasi dengan pihak KBRI agar pihaknya dapat memfasislitasi upaya penyaluran bantuan dapat masuk ke Gaza melalui Rafah
KBRI sendiri di samping ikut mengawal lembaga kemanusiaa asal Indonesia yang hendak mengirim bantuan ke Jalur Gaza. Secara nyata juga ikut berpartisipasi membantu warga Gaza, antara lain melalui bantuan donasi dan donor darah staf KBRI dan mahasiswa Indonesia di Mesir.
“Dengan donor darah, berarti darah kita menyatu dengan darah Gaza,” paparnya.
Walaupun pada awalnya sempat dipertanyakan juga, donor darahnya belum tentu dapat dipakai untuk warga Gaza, mengingat usianya di atas 60 tahun.
Namun menurutnya, donor darahnya mungkin sesuai untuk warga seusianya juga.
Hadir perwakilan lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia, seperti Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Aksi Cepat Tanggap (ACT), Dompet Dhuafa, media Mi’raj Islamic News Agency (MINA), dan lainnya.(dro)
BERITA TERHANGAT
Tes Tertulis PMO Koprasi Merah Putih di Ulang, Kemenkop Sebut Seleksi Sebelumnya Tidak Profesional
11 September KPK Buka Lelang Barang Rampasan Negara, ini Objek dan Mekanismenya
Eko Patrio Belum Laporkan Harta Kekayaan Terbaru, Ini Catatan Terakhirnya di 2023