November 9, 2024

PERASAAN RINDU PADA SIBUAH HATI JADIKAN PENCIPTA BATIK INDRAGIRI.

Bagikan..
Badri bangga berfose dilatarbelakangi beberapa motif batik buah karyanya.

TEMBILAHAN (www.detikriau.org) – Rasa rindu yang begitu mendalam terhadap sibuah hati membuat pria paruh baya kelahiran Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur ini melangkahkan kaki ke sebuah Kabupaten yang begitu jauh dari kampung halamannya. Dirinya sama sekali tidak pernah menduga, rasa rindu itu akhirnya merubah jalan hidupnya. Dari seorang tenaga pengajar disebuah pesantren, kini Badri (54)  bergelut di dunia konveksi yang belakangan lebih fokus pada batik yang dikenal sebagai Batik Indragiri.

Tahun 2006, Badri meninggalkan tanah kelahiran, Tuban menuju kota Guntung Kecamatan Kateman untuk menemui dua orang anaknya yang bekerja disebuah perusahaan perkebunan. Setelah bertemu, Badri merasa tidak ingin lagi terpisah jauh, ia bertekad tinggal di Kabupaten Inhil dan membuka usaha. Dengan modal keahlian dibidang konveksi, ia menilai kota guntung bukan tempat yang tepat “Saat itu ada 2 pilihan, di jambi atau di Tembilahan. “Nama kota Tembilahan terasa asing ditelinga saya dan justru saat itu hati saya jadi tertarik dan memutuskan untuk meninjau sendiri,”Ujar Badri.

Tampak beberapa pekerja sedang sibuk menyelesaikan pesanan pakaian batik.

tanggal 14 maret 2006 sekira jam 11.00 Wib ia tiba di ibukota kabupaten, Tembilahan. Karena memang tidak ada sanak family, ia mengaku sempat terkatung-katung selama 3 hari dan akhirnya ditolong seorang TNI yang memberinya  tempat berteduh.

Melanjutkan niat, setelah beberapa usaha, langkah kaki Badri dituntun untuk mendatangi Dinas perindustrian dan perdagangan Inhil.  dikantor ini ia bertemu dengan pak Masdjuri Hasan.”waktu itu Pak Masdjuri menjabat kepala dinas. pengalaman dan keahlian saya dibidang konveksi ternyata mendapat penilaian positif dan diberi kesempatan untuk menjadi tenaga pengajar di Balai latihan Kerja serta diberikan tempat tinggal.”Ucapnya.

Beberapa bulan bertempat tinggal di BLK dan setelah istri ikut menyusulnya ke Tembilahan, ia pindah ke jalan Padupai dan memulai membuka usaha konveksi.”Tapi  dipadupai saya hanya sanggup bertahan selama 1,5 tahun karena biaya sewa diluar kemampuan keuangan. dari sisa uang yang ada, saya membeli sebidang tanah di jalan tanjung harapan dan mendirikan pondok tempat tinggal sekaligus sebagai tempat usaha.

CIPTAKAN 12 MOTIF BATIK KHAS INDRAGIRI

Ditempat usaha baru yang diberinama Citra Batik Tulis dan Printing “ANUGRAH MANDIRI”  ia mulai menekuni pakaian Batik. Dibidang konveksi, Badri pernah dua kali menerima penghargaan. Pertama ia berhasil meraih peringkat ke-2 piagam Adikarya Sandang di tingkat Kabupaten  dan kedua mendapat nominasi harapan I di tingkat Provinsi Riau.”Masuk nominasi, saya diundang oleh Ibu Gubernur ke Pekanbaru. Saat itu kepada Ibu Gubernur saya pernah berjanji untuk membuatkan motif batik khas Inhil dan akhirnya janji itu saya penuhi.”Ceritanya dengan logat jawa yang masih kental.

Badri mengaku sudah menciptakan 12 motif Batik khas Inhil. Motif-motif batik itu dinamainya, Mayang terurai, Pakis Bertalut, Buah Pidada, Ratapan Daun Bakau, Umbut Kelapa dan Kiambang yang terbagi lagi dalam beberapa nama. Salah satunya, Kiambang Bergelombang menurut Badri dinamai sendiri oleh Istri Bupati Inhil.”Sekarang saya banyak mengerjakan pakaian seragam batik untuk sekolahan. Kualitas saya jamin bagus dengan harga bersaing. Untuk bahan batiknya saya patok  harga dikisaran 23 – 27 ribuan. Tapi kalau dalam partai besar cukup dengan harga Rp. 18 ribu perpotongnya. Untuk yang sudah jadi, pakaian batik anak setingkat SD saya jual seharga Rp. 40 ribu dan setingkat SMP dengan harga jual Rp. 55 ribu. baju batik lengan pendek maupun panjang harganya sama saja.”Jelas Badri sambil berpromosi.

Badri mengaku ia juga pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Inhil, dari Dinas Perindag ia mendapatkan bantuan peralatan konveksi dan kemudian dari Dinas Sosial ia mendapatkan satu set peralatan apdruk plus 1 set komputer. Kini anak-anaknya semua diboyongnya ke Tembilahan. Putri tertua, Novi Sulistiani ikut membantu usahanya bersama 17 orang tenaga kerja lainnya, putranya kini menjadi tenaga honorer di Dekranasda dan sibungsu masih bersekolah di Madrasyah Tsanawiyah. (fsl)