November 9, 2024

Pengrajin Perahu di Desa Pungkat Kian Tercekik, Bahan Baku Makin Sulit Didapat

Bagikan..

TEMBILAHAN (www.detikriau.wordpress.com) – Salah satu keahlian masyarakat Desa Pungkat Kecamatan Gaung yang diturunkan secara turun temurun adalah seni keahlian membuat perahu. Kerapian dan kecermatan para pembuat perahu di desa tersebut sudah sangat terkenal di Inhil, bahkan hingga keluar Inhil seperti Kabupaten tetangga.

Sayangnya belakangan ini, keahlian masyarakat tersebut terhalang dengan makin minimnya bahan baku yang tersedia. Hal itu baik disebabkan dengan makin sedikit ketersediaan bahan baku kayu akibat penebangan hutan yang dilakukan secara terus menerus, hingga upaya aparat penegak hukum yang sedang gencar-gencarnya memberantas ilog, hingga tidak menyisakan sedikitpun ruang untuk pengrajin perahu di desa tersebut.

“Permintaan perahu cukup banyak, terutama dari masyarakat Inhil. Sayangnya kendala kita yang sangat menggangu belakangan ini terletak pada makin sulitnya bahan baku,” ujar Sudirman, salah seorang warga Pungkat, belum lama ini.

Sementara itu Kades Desa Pungkat, Imran Awang ketika berbincang menjelaskan bahwa usaha membuat perahu menjadi salah satu andalan masyarakat Desa Pungkat dalam menopang ekonomi keluarga. Saat permintaan banyak dan ketersedian bahan baku mencukupi, tentunya perekonomian masyarakat juga baik.

“ Kalau dulu, lima tahun sebelumnya, berapa  banyak pun permintaan dapat dipenuhi oleh masyarakat pengrajin desa kami, karena memang saat itu untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit.  Tetapi kalau saat ini dengan banyaknya  perusahaan-perusahaan menguasai lahan-lahan disekitarnya, ketersedian lahan untuk masyarakat  mendapatkan bahan baku itu boleh dikatakan sudah tidak ada lagi, bahkan sulit sekali. Sehingga usaha turun menurun ini menjadi melemah,” terang Kades yang dikenal murah senyum.

Dikatakan juga bahwa untuk permintaan hasil usaha pembuatan pompong  Pungkat  pada awal tahun 2011 ini, yang datang dari luar Inhil, seperti Tanjung Pinang (Kepri), Jambi dan Palembang  itu tidak sedikit. Belum lagi permintaan dari Inhil sendiri. Sehingga membuat masyarakat kebingungan untuk memenuhi permintaannya karena sulit untuk mendapatkan prsediaan bahan baku.

“ Untuk tahun 2011 ini saja, permintaan dari Tanjung Pinang (Kepri) itu untuk pompong 5 GT sebanyak 90 Unit dan pompong ukuran 6 GT sebanyak 60 unit di tambah lagi permintaan pembuatan Pok Cai (Perahu Cina) ditambah permintaan seperti dari Jambi dan Palembang serta tempat lainnya. ,” jelas Kades Pungkat.

Makanya untuk menjaga kelangsungan usaha handal dan turun menurun ini, Sejauh ini menurut Imran Awang, ia sudah melakukan langkah untuk mencari jalan keluarnya dengan meminta kepada Pemerintah untuk memberikan dan menyediakan lahan khusus kepada masyarakatnya, agar bisa mendapat bahan baku dengan mudah.

“ Karena 80 persen warga kami menggantungkan hidupnya dari usaha turun menurun tersebut, mulai dari yang kecil sampai dewasa boleh dikatakan sudah menekuni usaha yang sudah ada sejak  puluhan tahun silam ini. Makanya kita meminta kepada pemerintah, yang mana kita telah mengajukan ke Dinas Kehutanan kabupaten dan Propinsi agar bisa memberikan solusi untuk kelangsungan usaha turun menurun yang menjadi handalan masyarakat Pungkat. Saat ini masyarakat  tidak bisa lagi mendapatkan bahan baku didaerah lahan dekat desa mereka, semua  lahan disekitarnya sudah dikuasai perusahaan-perusahaan, “ akuinya. (Suf)