www.deikriau.wordpress.com (TEMBILAHAN) – Kemarau panjang hampir sekitar dua bulan di Inhil, membuat warga sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih, terutama untuk kebutuhan runah tangga. Lebih-lebih lagi di daerah pesisir, dimana kebutuhan air bersih sangat tergantung dengan air hujan. Saat dua bulan tidak hujan, tentunya persedian air bersih mereka sudah semakin menipis.
Selain itu, masih ada sebagian warga Inhil yang menggunakan air hujan untuk diminum. Meski setakat ini, sudah banyak air kemasan ulang yang dijual dimana-mana bahkan sampai ke daerah, tapi masih ada warga yang tidak terbiasa menggunakan air kemasan untuk diminum dan lebih menggunakan air hujan.
“Memang banyak air kemasan isi ulang yang dijual, tapi terus terang saya belum terbiasa menggunakan air seperti itu untuk minum. Rasanya tak pas saja dilidah,” kata Sutinah salah seorang ibu rumah tangga warga Lahang Hulu baru-baru ini.
Masih menurut Sutinah, selain itu kalau menggunakan air kemasan tentunya menambah pengeluaran biaya. Apalagi di Lahang, air kemasan ulang untuk satu galon harganya mencapai Rp 11.000/galon. Tentunya cukup memberatkan, karena satu galon hanya mampu bertahan hingga dua hari.
“Kalau dihitung-hitung, dalam satu bulan biaya air sampai 150.000 rupiah. Tentunya sangat memberatkan bagi kami masyarakat kelas bawah seperti petani yang berpenghasilan sangat pas-pasan,” katanya lagi.
Kesulitan air bersih juga menimpa warga Kempas Kecamatan Tempuling. Saat ini banyak warga mulai kesulitan hanya sekedar untuk keperluan mandi dan mencuci disebabkan banyak sumur warga jadi kering. Bahkan parit-parit yang ada terpaksa digali untuk mendapatkan air bersih, itupun terkadang air yang dicari tidak di dapat.
“Kalau sampai satu bulan kedepan tidak hujan juga, tentunya akan makin mempersulit kita untuk mendapatkan air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci. Sekarang saja, sudah sangat kesulitan untuk mendapatkannya,” terang Wanto, seorang warga Kempas, Rabu, (14/9).
Sementara itu Mukhsin warga Tembilahan yang biasa berjualan keliling menuturkan, akibat kemarau panjang yang terjadi, batu es yang dijual warga rasanya juga tidak enak. Sebab batu es yang dijual dibuat dari air PDAM, dimana saat kemarau rasanya bisa berobah menjasi asin. Bahkan, warna batu es terkadang berwarna kuning karena kadar garam yang cukup tinggi.
“Saya sempat minum es teh di Desa Rumbai jaya beberapa waktu lalu, rasanya sungguh tidak enak, karena asin. Ketika ditanya, ternyata batu es dibuat dari air PDAM,” ujarnya. (drc2)
BERITA TERHANGAT
Kenapa Saat Imlek Hujan Selalu Turun, Ini Penjelasannya
Tahukah Kamu Mengapa Pi Network Dikembangkan Secara Tertutup?
Wajib Tau! Ini Kesamaan dan Perbedaan Utama Antara