Desember 9, 2024

Keberadaan Kebun K2I Rusak Lahan Perkebunan Masyarakat Desa Selat Nama

Bagikan..

www.detikriau.wordpress.com (TEMBILAHAN) – Salah satu penyebab utama kegagalan kebun K2i di Desa Selat Nama Kecamatan Tanah Merah pada tahun 2006 yang lalu akibat dari perencanaan yang tidak matang. Sebab lahan yang digunakan adalah daerah rawa yang tergenang oleh air, ketika pasang naik. Sehingga ada kesan dipaksakan penempatan lokasi lahan perkebunan itu disana.

Selain itu dampak yang ditimbulkan dari kebun K2I tersebut, ternyata masih berimbas hingga sekarang. Hal itu diketahui dengan kerusakan lahan perkebunan masyarakat, dikarenakan penanggulan yang dibuat dalam rangka penggarapan kebun K2i ketika itu. Saat ini, sebagian besar lahan perkebunan warga Desa Selat Nama rusak parah akibat intrusi air laut.

“Pada awalnya lahan perkebunan masyarakat tidak tergenang oleh intrusi air laut. Tapi setelah penanggulan dalam rangka pembuatan kebun K2I, rembesan air yang mestinya menggenangi lahan perkebunan K2I, malah berbalik menggenangi kebun masyarakat. Makanya sebagian besar lahan perkebunan masyarakat disana rusak parah,” kata Firmansyah mantan Ketua Gerakan Peduli Rakyat (GAPERA) Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Inhil kepada Www.detikriau.wordpress.com melalui, HP, Senin, (25/7).

Makanya, hasil investigasi yang mereka lakukan, tidak hanya menyoroti kegagalan kebun K2I di Desa Selat Nama, tapi juga mempersoalkan dampak yang ditimbulkan. Sebab keberadaan kebun K2I tersebut, ternyata membuat kerusakan yang sangat parah terhadap perkebunan masyarakat.

Makanya salah satu rekomendasi yang mereka minta ketika itu adalah Pemkab Inhil diminta melakukan normalisasi trio tata air, akibat dari keberadaan kebun K2I. Sayangnya upaya yang dilakukan Pemkab Ketika itu tidak maksimal, karena boleh dikatakan terlalu kecil dana yang diperuntukan untuk perbaikan. Sehingga itu tidak mampu mencegah kerusakan lebih luas atas keberadaan perkebunan masayarakat.

“Bagaimana upaya perbaikan bisa berjalan dengan sukses, kalau anggaran untuk perbaikan terlalu minim. Sehingga masyarakat ketika itu, hanya mengerjakan secara manual upaya perbaikan trio tata air dikawasan tersebut,” terang Firmansyah. (Nejad)