Desember 9, 2024

ISTRIKU LEMPAR AIB DIWAJAHKU

Bagikan..

TEMBILAHAN (www.detikriau.wordpress.com) — Tubuh renta laki-laki paruh baya ini terlihat kuyu. Semburai rambut berwarna perak hampir rata memenuhi kepala. Dirinya lebih banyak menunduk, bertutur kata terpatah-patah dan sekali-kali terbatuk-batuk kecil. Walau berusaha ditegar-tegarkan, tidak terelak, setitik air mengalir disudut mata yang sudah mulai terlihat kuyu.

Sosok laki-laki yang terlihat lembut ini tidak pernah meyangka perjuangan keras seumur hidupnya untuk menafkahi keluarga di negri jiran dibalas sang kekasih hati dengan aib. Yang lebih memiriskan, si”laknat” perebut kekasih hati justru seorang bujang perantau yang selama ini sudah ditimang-timang dan dianggap anak sendiri.

“saya melangsungkan pernikahan secara sah dengan istri saya, Chadijah (38) pada tahun 1993 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kemudian pulang ke Tanah air lalu menetap di Tembilahan dan dikaruniai empat orang anak yakni Aryunanda Zulhermi Syahputra (18), M. Yusri Rizki Riandi (17), Dinda Rania (11) dan Aidil Akabar (5)” Ungkap Abdullah (52) memulai kisah ketika ditemui di kediamannya, Jum’at (2/11/2011)

Menurut pengakuan Abdullah, karena tuntutan ekonomi, tahun 2000 dirinyapun kembali ke Malaysia untuk bekerja ”sejak saya kembali bekerja di Malaysia, nafkah anak dan istri saya secara rutin setiap minggunya saya kirimkan, dan setiap tahun mereka selalu berangkat ke Malaysia dan kami kembali berkumpul,”Ceritanya dengan mata terlihat berkaca-kaca dan sekali-kali tertunduk menahan getaran hati.

Kata Abdullah lagi, kunjungan anak dan istrinya itu setiap tahun terus berlanjut dan akhirnya berhenti sejak tahun 2006 yang lalu. Walau sudah berkali-kali diminta, istrinya tidak pernah lagi bersedia memenuhi. “Namun walaupun istri tidak lagi pernah bersedia menjenguk saya diperantauan, sebagai seorang suami, saya tetap rutin mengirimkan uang untuk menafkahi mereka.” Jelasnya

April 2009, Abdullah mendapat telpon dari anak-anaknya dan meminta agar dirinya segera pulang ke Tembilahan dan permintaan itupun dipenuhinya. Setibanya di Tembilahan pada bulan mei ditahun yang sama. Ia mendapati chadijah sudah meninggalkan rumah dan pergi dengan pria lain yang tidak lain adalah seorang pria perantauan dari hulu. “bujangan kelahiran tahun 80-an itu selama ini saya yang menafkahi hidup dan termasuk membiayai pendidikannya. Saya sama sekali tidak pernah menduga dirinya sanggup mencampakkan aib dimuka saya,”Ujarnya tertunduk lemas. (fsl)